Pemanfaatan IPTEK di RS Brayat Minulya Solo
Surakarta, Katolikana.com – Perangkat otonom dapat bekerja sendiri setelah dilakukan pengaturan perangkat. Perangkat ini digunakan untuk diagnosis maupun intervensi.
Hal ini disampaikan oleh dr. Albertus Septian Rahardi saat membahas kemajuan iptek di bidang kedokteran, pada acara “Temu Lansia” di Gereja Santo Paulus Kleco Surakarta bekerja sama dengan RS Brayat Minulya Surakarta, Minggu (26/10/2025).
Menurut dr. Albertus Septian Rahardi, intervensi dalam medis adalah tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan, menyembuhkan penyakit, atau mencegah kondisi medis.
“Intervensi bisa berupa berbagai aktivitas, mulai dari tindakan medis langsung seperti operasi dan pemberian obat, hingga tindakan tidak langsung seperti edukasi dan dukungan,” ujar dr. Albertus Septian Rahardi.
“Intervensi bertujuan untuk mencegah penyakit, mengurangi keparahan, mempercepat pemulihan, atau memulihkan fungsi yang hilang akibat penyakit atau cedera,” tambahnya.
Banyak di antaranya perangkat-perangkat ruang perawatan intensif seperti mesin ventilator otonom, sistem monitor tanda vital, mesin titrasi obat, hingga mesin resusitator untuk bayi.
Selain itu teknologi otonom juga sudah digunakan dalam perangkat laboratorium dan radiologi klinis yang juga memiliki kemampuan presisi tinggi.
Untuk tindakan katarak, alat yang dipergunakan sudah memiliki otonomi untuk mengatur irigasi dan kerja vakum sehingga resiko bola mata meregang karena overhidrasi maupun bola mata mengempes karena overdrain semakin kecil.
Pemanfaatan Teknologi Presisi Tinggi
RS Brayat Minulya Surakarta, memiliki beberapa teknologi yang bisa memberikan hasil diagnosis dengan presisi tinggi.
Salah satunya adalah pemeriksaan dengan elektrodiagnosis, mencakup EKG dari yang rutin, dipakai harian (holter), hingga dengan uji latih jantung, serta CTG yang digunakan untuk pemeriksaan kesejahteraan janin, dan juga EEG untuk memeriksa gelombang otak seseorang.
Selain itu juga memiliki 3 buah USG, yang bisa digunakan untuk melihat citra 3D, fungsi jantung, pemeriksaan mata, bahkan untuk membantu intervensi medis.
“Kami juga memiliki sistem kamera yang dihubungkan dengan instrumen endoskopi dalam intervensi medis,” kata dr. Albertus Septian Rahardi.
Pemanfaatan Teknologi Invasi Minimal
Teknologi invasi minimal adalah sebuah pendekatan medis, terutama dalam bidang bedah, yang dilakukan dengan membuat sayatan yang sangat kecil atau bahkan tanpa sayatan sama sekali untuk mendiagnosis atau mengobati suatu kondisi. Teknologi ini dirancang untuk mengurangi trauma pada tubuh pasien dibandingkan dengan metode bedah konvensional (terbuka).
Dokter Albertus Septian Rahardi menambahkan bahwa dengan teknologi invasi minimal, resiko penanganan klinis pasien lebih kecil sehingga komplikasi lebih kecil dan pasien/ keluarga lebih nyaman karena secara nyata lebih humanis.
Dalam perawatan intensif, entilator di RS Brayat Minulya Surakarta memungkinkan secara non invasif yang dapat digunakan tanpa pemasangan selang endotrakeal menuju paru. Sebagian lagi banyak di ruang tindakan bedah.
“Kami juga mampu melaksanakan tindakan bedah sinus fungsi endoskopi (Functional Endoscopic Sinus Surgery /FESS) yaitu bedah sinus paranasal dengan bantuan endoskopi THT tanpa sayatan area wajah, yang masih satu-satunya rumah sakit swasta yang menjalankan di Kota Surakarta,” ungkap dr. Albertus Septian Rahardi
Ia juga menjelaskan bahwa RS Brayat Minulya Surakarta yang telah berdiri sejak 8 Desember 1949, sudah rutin melakukan laparoskopi yaitu prosedur diagnosis eksplorasi rongga perut dengan endoskopi dengan sayatan yang cukup kecil, dan melakukan litotripsi yaitu tindakan pemecahan batu tanpa sayatan melalui saluran kemih.
Hal lain yang dijalankan RS Brayat Minulya Surakarta menjalankan prosedur Ice Melon yaitu operasi megakolon 1 langkah. Tindakan invasi minimal ini memiliki efektivitas yang sama dengan tindakan konvensional namun memiliki resiko klinis yang lebih kecil. Penderita lebih cepat sembuh dari komplikasi tindakannya sehingga lebih cepat kembali bermasyarakat.
Kedokteran Promosi dan Prevensi
Dokter Albertus Septian Rahardi menyampaikan tentang edukasi kedokteran bagi masyarakat yaitu promosi untuk membangun masyarakat yang lebih sehat dan kuat.
Melalui edukasi kedokteran pencegahan dan kedokteran penguatan seperti deteksi dini dan vaksinasi dapat diterima oleh masyarakat sebagai tindakan preventif menjaga kesehatan.
Terus berusaha memeluk teknologi digital
Sebagai lembaga kesehatan Katolik dan bagian bidang kesehatan nasional, RS Brayat Minulya, terus berupaya ‘memeluk teknologi’ untuk memberikan pelayanan yang optimal, ‘wisdom and excelent” selaras dengan program pemerintah dan perhatian Gereja membangun pelayanan bagi masyarakat dan umat.
Tantangan dan sinergi
Anggaran selalu menjadi tantangan yang pertama.
“Kami terbuka pada pihak-pihak yang berkehendak baik, bekerja sama menyediakan alat untuk kesehatan masyarakat,” kata dr. Albertus Septian Rahardi.
Lebih lanjut dr. Albertus Septian Rahardi menyampaikan bahwa untuk pemahaman dan keterampilan tentang teknologi, budaya mengikuti teknologi yang berkembang, peningkatan kompetensi SDM rumah sakit dan membangun budaya masyarakat untuk merawat kesehatan membutuhkan gerak sinergi bersama.
Sinergi antara pemerintah, rumah sakit dan masyarakat. (*)
Sumber : JP - katolikana.com (01/11/2025)
https://www.katolikana.com/2025/11/01/sharing-pemanfaatan-iptek-di-rs-brayat-minulya-solo/